Halaman

Senin, 16 Januari 2012

Feminimisme, dalam perspektif awam

Feminisme, adalah suatu faham yg merupakan bagian dari Liberalisme yg berpangkal dari Humanisme (pemikiran yg berorientasi kpd manusia sebagai pusat semesta) yang darinya pula terlahir faham atheis, facis, sosialis, komunis, kapitalis dan faham lain yg meminggirkan pemikiran berlandaskan religi(tuhan sebagai pusat semesta) bahkan menafikan keberadaan tuhan. Seperti pada pemikiran/pendapat manusia umumnya yang cenderung subjektif, feminisme seringkali menghasilkan sesuatu yang kontra produktif karena sering terjadi kontradiksi atas apa yg menjadi tujuan dengan realitas yang ada. Sebagai contoh, feminisme mendorong para wanita untuk belajar dan menjadi pintar, untuk kemudian keluar dan berkarya meniti karir, jika karena kesibukan karir, tugas mengurus rumah, pengawasan dan pendidikan anak diserahkan pada Pembantu Rumah Tangga yang biasanya wanita. Lantas untuk kepentingan kesejahteraan pekerja PRT kaum feminis mendorong terciptanya Undang2 tentang PRT. Selesaikah? Tentu tidak, dalam hal ini ada yg terlupakan, bagaimana dengan nasib rumah tangga sang PRT? Pengawasan dan pendidikan anak2nya? Apa mungkin PRT tsbt mempekerjakan PRT yg lain? Ini sesuatu yang tdk mungkin jika tdk disebut mustahil, karena(biasanya) seorang wanita menjadi PRT terpaksa untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang sulit, jd bagaimana dia membayar PRT yg bekerja padanya. Jika begitu, akan timbul pertanyaan lain, haruskah suaminya yg menggantikannya untuk mengerjakan tugas kerumah tanggaan? Jika benar harapan akhir dari feminisme seperti ini, bisa dikatakan gerakan feminisme bertujuan untuk membalas dominasi pria selama ini, dan akan berlanjut aksi balasan berikutnya dari kaum pria yg, mungkin saja, memunculkan gerakan 'maskulinisme'. Dan hal ini sudah menjadi kenyataan terjadi dinegeri kita terlebih dinegara2 barat dimana faham ini dimunculkan. Banyak pria maupun wanita dinegara barat memilih untuk melajang karena tdk menginginkan hal spt ini terjadi dlm perkawinannya. Hal lain yang sering disuarakan penggiat feminisme, mengatakan ingin memuliakan perempuan. Mereka berusaha menghapus aturan2 yang dianggap membelenggu kebebasan, kreatifitas, hak-hak pribadi, keinginan dll, dan kemudiaan membuat aturan baru yang membuka akses lebih besar untuk 'berekspresi', menyalurkan hasrat dan keinginan yg sebelumnya menjadi tabu bagi mereka, sehingga norma agama dan budayapun dinafikan. Dengan kesadarannya mereka merendahkan kehormatan mereka sendiri atas nama 'kebebasan ekspresi' dan karir. Apakah itu baik? Berikut ini kutipan seorang sosiolog barat tentang hal ini, 'Perempuan adalah sebuah wacana yang tidak pernah selesai diperbincangkan, dimana pun dan kapan pun. Pengusaha dan politisi kapitalis memandangnya sebagai aset, apalagi tubuh dan penampilannya. Bagi mereka, tubuh perempuan adalah komoditi yang menghasilkan modal dan menumpuk pundi- pundi. Ia menjadi wacana untuk bersenang-senang, dinikmati, dipertontonkan, bahkan diperjual belikan layaknya barang dagangan. Nilai tukarnya bergantung pada standar pasar. Dan perempuan pun harus merelakan tubuhnya dikuasai oleh kekuatan di luar dirinya, yaitu pemilik modal'. (lihat Klethus Badhick, Wacana Tubuh Perempuan, hal. 14-15). Wassalam, Tim Mode IsDi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar